
Twitter resmi berubah menjadi X dengan visi super app. Simak perbedaan Twitter vs X, fitur baru, hingga dampaknya bagi pengguna media sosial.
Perubahan besar terjadi di dunia media sosial ketika Twitter resmi berganti nama menjadi X. Rebranding ini menimbulkan beragam reaksi, mulai dari rasa penasaran hingga kritik dari para pengguna setia. Pertanyaan pun muncul: apakah perubahan nama ini hanya sekadar simbol, atau benar-benar membawa dampak nyata pada pengalaman pengguna? Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang fenomena Twitter vs X dan bagaimana transformasi ini memengaruhi dunia digital.
Dari Twitter ke X: Awal Perubahan
Twitter dikenal selama lebih dari satu dekade sebagai platform mikroblogging dengan ikon burung biru yang ikonik. Fungsinya sederhana: berbagi pesan singkat atau “tweet” ke seluruh dunia. Namun, ketika Elon Musk mengambil alih kepemilikan, arah platform ini berubah drastis. Ia mengganti nama Twitter menjadi X, sebuah identitas baru yang lebih luas dari sekadar media sosial.
Perubahan ini tidak hanya pada nama, tetapi juga mencerminkan visi Musk untuk menjadikan X sebagai “everything app”. Artinya, platform ini diharapkan tidak hanya untuk berbagi status atau opini, tetapi juga mendukung transaksi keuangan, streaming, hingga layanan AI.
Twitter vs X: Apa Bedanya?
Ketika membandingkan Twitter dan X, ada beberapa perbedaan mencolok:
-
Identitas Visual – Twitter memiliki ikon burung biru, sementara X menggunakan logo minimalis berbentuk huruf “X” yang terkesan futuristik.
-
Fitur – Twitter fokus pada cuitan 280 karakter, sedangkan X mulai memperluas fitur, seperti konten panjang, video berkualitas tinggi, dan integrasi AI.
-
Visi – Twitter dibangun sebagai platform komunikasi singkat. X berambisi menjadi aplikasi multifungsi, mirip dengan konsep super app di Asia.
-
Ekonomi Digital – X mulai melirik monetisasi baru, seperti pembayaran digital, langganan premium, dan peluang bisnis yang lebih luas.
Dampak bagi Pengguna
Bagi pengguna lama, peralihan dari Twitter ke X menimbulkan rasa nostalgia sekaligus kebingungan. Banyak yang merasa kehilangan identitas lama Twitter yang sederhana dan akrab. Namun di sisi lain, sebagian pengguna melihat X sebagai peluang untuk mendapatkan pengalaman baru dengan fitur lebih lengkap.
Konten kreator, misalnya, kini memiliki lebih banyak ruang untuk berkreasi dengan postingan panjang dan video. Sementara itu, bisnis dapat memanfaatkan X sebagai media promosi sekaligus transaksi, membuka peluang pertumbuhan yang lebih besar.
Tantangan X ke Depan
Meski ambisi X sangat besar, tantangannya juga tidak sedikit. Rebranding radikal berpotensi membuat sebagian pengguna hengkang ke platform lain. Selain itu, isu tentang kebijakan moderasi konten, privasi, serta keberlanjutan model bisnis juga menjadi sorotan.
Namun, jika visi “everything app” benar-benar terwujud, X bisa menjadi pelopor era baru media sosial yang menggabungkan komunikasi, hiburan, hingga layanan finansial dalam satu aplikasi.
Kesimpulan
Twitter vs X bukan sekadar perbandingan dua nama, melainkan dua era berbeda dalam sejarah media sosial. Twitter adalah simbol komunikasi cepat, sedangkan X berambisi menjadi pusat aktivitas digital global. Apakah X akan berhasil mengubah cara kita berinteraksi di dunia maya, atau justru kehilangan pesonanya? Waktu yang akan menjawab.